Pada tanggal 10 November 2012 yang bertepatan dengan
hari Pahlawan, Museum Konperensi Asia Afrika bekerja sama dengan Museum
Geologi, Layar Kita, Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika (SMKAA), Pulasara
Iket dan Jatinangorku.com mengadakan acara Nonton Bareng dan Diskusi Film “Sang
Perintis : Pahlawan Geologi Indonesia’’. Film
ini merupakan film dokumenter yang mengisahkan tentang dua pahlawan geologi
Indonesia yakni Arie Frederik Lasut dan Soenoe Soemosoesastro.
Pengisian Buku Tamu |
Pukul 18.00 tamu undangan dan penonton sudah mulai
berdatangan. Acara nonton bareng ini gratis dan terbuka untuk umum, dilaksanakan
di ruang pameran tetap Museum KAA. Beberapa petugas LO dari SMKAA bertugas
berjaga di pintu masuk dan mengantarkan para tamu menuju ruang pameran tetap.
Ternyata cukup banyak orang yang pada saat itu adalah pertama kalinya mereka
mengunjungi Museum KAA. Publikasi yang dilakukan oleh MKAA dirasa cukup
berhasil karena meskipun Bandung pada malam minggu itu telah diguyur hujan
tetapi masyarakat Bandung tetap semangat untuk mengikuti pemutaran film ini dan
kursi yang disediakan mencapai 100 buah kursi pun penuh terisi.
Pameran Foto Sanusi Hardjadinata |
Sebelum acara di mulai, para tamu undangan dan
penonton dapat melihat-lihat pameran foto langka yang mengangkat tokoh asal
Jawa Barat, Sanusi Hardjadinata. Beliau adalah gubernur Jawa Barat (1951-1957)
dan juga merupakan Ketua Komite Lokal Konferensi Asia Afrika 1955 yang ikut
menyukseskan pelaksanaan konferensi orang kulit berwarna pertama di dunia itu.
Pameran foto ini berlangsung selama bulan November 2012.
Pada pukul 19.00 WIB, acara mulai dibuka oleh MC
Nabila. Setelah itu masuk ke acara inti dengan pertama-tama menonton video
pidato Bung Tomo yang menggelorakan semangat para pejuang di Surabaya. Inggris
yang ingin merebut kota Surabaya pada masa itu gagal karena kegigihan dan
perjuangan Bung Tomo dan rakyat Surabaya meskipun dengan peralatan perang yang
lebih sederhana dibandingkan dengan prajurit Inggris. Dalam video itu pun
dibeberkan bahwa ternyata semangat Asia-Afrika sudah mulai muncul dengan
ditandai membelotnya 300 tentara Inggris yang berasal dari Pakistan dan India,
mereka lebih memilih untuk membantu Indonesia.
Mengheningkan Cipta |
Setelah pemutaran video selesai, para hadirin
mengheningkan cipta diiringi dengan lagu Gugur Bunga. Seluruh hadirin berdiri
dan menundukkan kepalanya untuk menghormati para pahlawan bangsa yang telah
gugur. Selanjutnya adalah pemutaran film documenter “The Reflexion of The 1955
Asian-African Conference and Beyond”. Kemudian dikumandangkan lagu “Emansipasi
Asia Afrika” yang dinyanyikan oleh Ras Muhamad. Lagu ini merupakan theme song Bandung, Ibukota Asia Afrika.
Penyampaian keynotes speech oleh Ely Nughara T
|
Acara dilanjutkan dengan penyampaian keynotes speech oleh Ely Nughara T.
selaku Pelaksana harian Kepala Museum KAA. Setelah itu dimulailah pemutaran
film dokumenter ‘’Sang Perintis’’ yang berdurasi sekitar 15 menit. Film ini
mengisahkan tentang perjuangan dua geologis Indonesia pada masa itu yakni Arie
Frederik Lasut dan Soenoe Soemosoesastro. Menjelang Perang Dunia Kedua,
pemerintah colonial Belanda mengalami kekurangan tenaga menengah di bidang
geologi dan pertambangan. Para insinyur Belanda membutuhkan tenaga terlatih
yang dapat membantu mereka di lapangan. Maka dari itu, pemerintah Belanda
membuka kursus untuk asisten geologi di Bandung. Dari sekian banyak peserta
yang mengikuti kursus itu, hanya terdapat dua pemuda bumiputera yakni Arie F.
Lasut dan Soenoe Soemosoesastro.
Pemutaran video
pidato Bung Tomo
|
Di awal masa kemerdekaan Arie dan Soenoe berjuang
dalam penyelamatan dokumen geologi dan tambang Indonesia dengan cara membawa
dokumen-dokumen penting itu berpindah tempat mulai dari Bandung ke Tasikmalaya,
lalu dibawa ke Magelang, kemudian ke Yogyakarta dan kini dokumen-dokumen itu
sudah kembali lagi ke Bandung. Arie gugur ditembak mati oleh tentara Belanda di
dusun Pakem, Yogyakarta. Pada tanggal 20 Mei 1969, Arie Frederik Lasut
dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Setelah pemutaran film selesai, diskusi pun dimulai
yang dimoderatori oleh Rany Dwi dengan para pembicara Tobing, jr dari Layar
Kita, Julianty
Martadiradja seorang antropolog dan bekerja di Museum Geologi,
dan Ir. Danny Z. Herman, M.Sc merupakan seorang geolog. Dari hasil paparan para
narasumber kita dapat mengetahui bahwa dokumen geologi adalah dokumen yang
sangat penting. Selama dijajah, alam Indonesia dieksploitasi habis-habisan dan
dokumen tersebut diselamatkan agar tidak jatuh ke tangan Belanda sehingga alam
kita tidak dieksploitasi lagi. Data-data geologi pada saat itu sangat langka
dan didapatkan dengan sangat sulit ditambah para ahli geologi juga jumlahnya
masih sangat sedikit.
Moderator dan Para Narasumber |
Ibu
Julianty menjelaskan bahwa cukup sulit membuat film documenter “Sang Perintis”
ini karena kekurangan dokumentasi dan data-data. Dalam waktu setahun film
documenter ini dapat diselesaikan. Pak Danny juga menjelaskan tantangan baru
bagi para geologis Indonesia pada khususnya untuk menemukan sumber energi baru.
Energi panas matahari, angin, dan panas bumi pun belum optimal dikembangkan. Pak
Tobing dari Komunitas Layar Kita menekankan bahwa dokumentasi itu sangat
penting. Orang Indonesia lemah terhadap dokumentasi dan merasa tidak perlu
dengan dokumentasi sehingga banyak dokumen-dokumen penting bangsa Indonesia
yang kini tersimpan di berbagai tempat dan museum di seluruh dunia.
Suasana Nonton
Bareng dan Diskusi Film “Sang Perintis”
|
Acara Makan Malam |
Penyerahan kenang-kenangan kepada
keluarga
Sanusi Hardjadinata
. |
Setelah
pemaparan dari para narasumber, penonton diberikan kesempatan untuk bertanya.
Penanya pertama adalah Pak Mamun dari Asian-African Reading Club yang
menanyakan tiga pertanyaan mengenai geologi, dokumentasi dan Gunung Padang
menurut pandangan antopolog dan geolog. Masih banyak yang ingin mengajukan
pertanyaannya tetapi karena waktunya sudah habis makanya terpaksa tidak dapat
diterima. Setelah sesi diskusi selesai, lalu diadakan penyerahan
kenang-kenangan dari pihak MKAA yang diberikan oleh Ely Nugraha T kepada
perwakilan keluarga Arie F. Lasut dan Soenoe Soemosoesastro. Kemudian Bu Ely juga memberikan
kenang-kenangan dari MKAA untuk para narasumber. Terakhir acara ditutup dengan
pemanjatan doa oleh Excecutive
Coordinator Sahabat MKAA yakni Gilang A. Jabbar dan makan malam. Dengan
dilaksanakannya acara ini, membuka khazanah kita tentang sisi lain para
pahlawan yang tidak hanyak berjuang melalui pertempuran tetapi juga berjuang
menyelamatkan dokumen penting bangsa dalam bidang geologi.
(Ditulis oleh Ricky Mardiansyah : Sahabat Museum
Konperensi Asia Afrika dan Tutor Klab Maghribi MKAA)
Ayo ikuti acara-acara yang diadakan oleh Museum Konperensi Asia Afrika lainnya. Ikuti tweets nya di @AsiAfricaMuseum
Terima kasih telah menulis tentang diskusi film SANG PERINTIS. Sayangnya anda tidak cermat menulis, khususnya ketika menuliskan nama narasumber dan peristiwa yang terjadi. Untuk nama narasumber adalah JULIANTY MARTADIRADJA (BUKAN Martadinata). Kedua, pada foto penyerahan kenang-kenangan dari Ibu Ely Nugraha, yang diserahi kenang-kenangan adalah keluarga Sanusi Hardjadinata. Lain kali hati-hati dan lebih cermat lagi dalam menulis berita. Terima kasih
ReplyDeleteTerima kasih banyak Bu sudah mengunjungi blog saya dan memberikan koreksinya. Saya minta maaf atas kesalahan yang saya lakukan dan sudah saya perbaiki kesalahan tersebut. Terima kasih banyak :)
ReplyDeletePa Ricky , perkenalkan saya AviantyMartadiradja , adik kandung ibu Julianty. Saya ingin menginformasikan bhw kakak saya tsb telah wafat dgn tenang pd hr selasa 20 Mei 2014 di RS.Santosa Bandung, akibat sakit kanker lever stadium IV yg tlh dideritanya slm sethn terahir. Mohon kiranya Pa Ricky dpt memaafkan kesalahannya dan mendo'akannya. Juga mohon pertolongannya utk menginfokan wafatnya ini pd teman2 komunitas museum lainnya yg mungkin blm tau. Makasih pa Ricky
ReplyDeleteYth Bu Avianty, saya sangat terkejut mendngar berita duka ini dan saya pribadi mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas wafatnya ibu Julianty. Semoga beliau diterima di sisi Allah SWT. Amiin. Saya akan informasikan mengenai berita ini kepada Sahabat Museum lainnya.
DeleteTerima kasih banyak atas infonya Bu.
Semoga keluarga yang ditinggalkan juga diberikan kekuatan dan ketabahan.
Terima kasih Bu.