Ketika
membaca sebuah artikel berita di VOA yang berjudul Hindari
Kenakalan Remaja, Sekolah Dasar Baltimore Luncurkan Program Yoga
tertanggal
22 April 2012, saya menjadi teringat saat saya masih remaja dulu,
tepatnya ketika SMA. Bukan karena dulu saat saya masih bersekolah
saya adalah remaja yang nakal, tapi karena dulu sempat mengalami
langsung kenakalan remaja. Di bangku SD, saya masih polos mengenai
kenakalan remaja dan ketika SMP saya hanya tahu bahwa beberapa teman
masuk menjadi anggota berbagai genk motor, tentu saja pihak sekolah
tidak tahu akan hal itu. Ketika SMA saya lebih sadar lagi akan
kenakalan remaja, contohnya ada beberapa genk di sekolah yang selalu
berkumpul hingga larut malam entah melakukan apa, ada “perseteruan”
antara SMA “A” dengan SMA “B”, SMA “C” dengan SMA “D”,
dan lain-lain. Sampai pada suatu hari di siang bolong, SMA saya
diserang oleh sekelompok gerombolan bermotor yang juga menggunakan
seragam SMA! Mereka melempari sekolah saya dengan batu, mereka pun
membawa berbagai “alat” seperti mau tawuran. Ada teman yang
bilang bahwa mereka dari SMA “X” yang memang dikenal tidak suka
kepada sekolah kami.
SMA saya yang dijaga oleh satu satpam tentu tidak bisa berbuat
apa-apa dan langsung mengunci gerbang sekolah serta menyuruh semua
anak untuk masuk ke ruang kelas. Ada beberapa siswa yang terluka dan
ada mobil dan motor yang diparkir di luar gerbang sekolah rusak
akibat penyerangan itu. Pihak sekolah memanggil polisi dan polisi
tiba di saat gerombolan itu sudah menghilang. Kami baru bisa pulang
beberapa jam setelahnya. Pihak sekolah menghimbau siswa untuk tidak
menyerang balik dan tidak melakukan hal-hal negatif lainnya.
Sekarang dipikir-pikir apa sih untungnya melakukan penyerangan itu,
menurut saya itu hanya faktor emosi saja, apalagi remaja seusia itu
masih menggebu-gebu semangat maupun emosinya dan masih labil.
Sepengetahuan saya, di Bandung tidak pernah ada tawuran antarpelajar
secara terbuka seperti di Jakarta misalnya. Bahkan banyak juga siswa
yang tak terlibat tawuran namun menjadi korban. Kemungkinan ke arah
sana bisa saja terjadi suatu saat di Bandung ataupun kota lainnya.
Masalah terbesar mengenai kenakalan remaja di Bandung saat ini
mungkin salah satunya adalah genk motor yang sangat meresahkan
masyarakat dan juga sudah banyak menimbulkan korban.
Apa
sih makna sebenarnya dari kenakalan remaja? Menurut Kartono, seorang
ilmuwan sosiologi, kenakalan
remaja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan juvenile deliquency
merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima
sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.
Banyak bentuk kenakalan remaja yang terjadi di masyarakat seperti
seks bebas, penggunaan narkoba dan alkohol. Saya membaca satu berita
yang membuat saya kaget yaitu ada remaja yang membunuh temannya
gara-gara sebuah smartphone!
Pastinya masalah-masalah yang dialami remaja sekarang berbeda dengan
remaja dulu sehingga para orangtua, pihak sekolah dan berbagai pihak
terkait harus pandai-pandai mencari cara untuk mengatasinya.
Ketika membaca artikel berita VOA tentang sebuah SD di Baltimore,
Amerika Serikat yang bernama SD Robert W. Coleman, saya berpikir
mungkin ini bisa menjadi salah satu solusi untuk kenakalan remaja.
Sekolah itu mengadakan sebuah program yang sangat bermanfaat. Seusai
sekolah, anak-anak SD di sana mengerjakan PR dan setelahnya mereka
duduk bersama untuk bermeditasi dan mempraktekkan yoga. Kepala
sekolah SD tersebut mengatakan bahwa ia memasukkan anak-anak yang
bermasalah ke dalam program yoga itu untuk menghindari menghukum
mereka. Menurut saya, itu adalah pikiran yang sangat bagus!
Seringkali hukuman tidak dapat mencegah terulangnya kesalahan atau
kenakalan yang dilakukan remaja, tetapi justru menimbulkan dendam
terhadap si penghukum atau malah kenakalan mereka akan semakin
menjadi-jadi. Atman Smith yang merupakan salah seorang pendiri
yayasan Holistic Life Foundation berpendapat bahwa program yoga usai
sekolah ini berusaha membantu anak-anak melengkapi diri dengan
keterampilan untuk menghadapi berbagai kesulitan hidup.
Saya
kagum dengan pemikiran mereka! Mereka sudah berpikiran untuk
melengkapi diri anak-anak dengan keterampilan untuk menghadapi
berbagai kesulitan hidup, padahal anak-anak itu masih SD! Memang akan
lebih baik jika hal positif itu dilakukan sejak dini sehingga mereka
akan tumbuh menjadi individu yang lebih baik mental maupun fisiknya.
Seharusnya di Indonesia pun mengadakan program yoga seperti itu untuk
anak-anak SMP dan SMA sehingga mereka tidak cepat emosi, bersikap dan
berpikir lebih tenang, dan mempunyai kegiatan yang positif. Memang
sekarang juga di berbagai sekolah ada banyak kegiatan ekstrakulikuler
sebagai wadah kegiatan para siswa tetapi saya rasa hal itu belum
cukup. Sejak saya SD sampai SMA pun saya hanya bisa memilih kegiatan
ekskul yang sudah ada di sekolah saja dan banyak siswa yang tidak
ikut ekskul karena tidak sesuai dengan minat mereka sehingga mereka
mencari wadah lain di luar sekolah dan tidak menutup kemungkinan
mereka ikut kegiatan yang negatif. Akan lebih baik jika sekolah juga
melihat minat para siswanya dan menyediakan sarana dan prasarana
untuk kegiatan positif tersebut. Misalnya sekolah bisa mengadakan
ekskul berbagai bahasa asing bekerjasama dengan para mahasiswa dari
Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya di universitas terdekat
dengan sekolah. Saya sebagai mahasiswa sastra Perancis pun akan
senang hati berbagi ilmu dengan para siswa. Apalagi di era
globalisasi ini, kemampuan bahasa asing menjadi semakin penting.
Selain
program bahasa ataupun program lain sesuai minat siswa, program yoga
seperti yang dilakukan SD Robert W. Coleman di Baltimore tersebut
saya rasa akan cocok dilakukan di sini, selain bermanfaat bagi fisik
dan mental, yoga pun sudah booming
sejak beberapa tahun lalu di Indonesia tetapi sayangnya tidak banyak
orang yang mempunyai akses atau mampu untuk mengikuti program seperti
itu. Menurut kepala SD Robert W. Coleman, Carlillian Thompson,
program yoga tidak mengubah perilaku anak dengan segera, tetapi
setelah beberapa lama, anak-anak itu jadi mampu mengatasi berbagai
situasi. Siapa tahu program yoga pun akan mampu berdampak positif
bagi anak-anak Indonesia karena akan mengajarkan kesabaran dan
ketenangan. Semoga saja orang tua, berbagai sekolah dan juga pihak
pemerintah mampu mengayomi remaja dan menyediakan berbagai wadah
positif bagi para remaja sehingga mereka tidak terjerumus ke dalam
kenakalan remaja.
Comments
Post a Comment