Skip to main content

Aku, Ibu Peri dan DPD

Suatu ketika pada tengah malam, seorang mahasiswa semester akhir yang bernama Ricky sedang mengerjakan skripsinya. Dia stress dan tak tahu harus menulis apalagi.

Ricky: “Arrrggh.....bingung...!! Tuhan bantu aku....!”

Tiba-tiba muncul seberkas cahaya dalam kegelapan, munculah seorang peri.

Ricky: “Hah? Kmu siapa?”

Peri: “Aku ibu peri yang akan menolongmu...”

-”Apa???! Jadi peri bisa menolongku dan membuat skripsiku selesai dalam sekejap?

-Oh tidak bisa...! Saya masih lelah, baru saja mendatangi seorang anggota DPD di Jakarta.

-Hah? Trus untuk apa ibu peri datang kesini kalau tidak bisa membantuku?!

-Aku ingin meminta pendapatmu sekarang, besok ibu peri datang lagi untuk membantu skripsimu. Bagaimana?

-Pendapat apa?

-Ibu peri belum selesai membantu anggota DPD itu. Seandainya kamu jadi anggota DPD negara ini, apa yang mau kamu lakukan?


-Dalam UU no 27/2009 mengatur bahwa DPD mengurusi bidang otonomi daerah dan pendidikan. Dalam Otda, pendidikan hingga SMA menjadi tanggung jawab daerah. Banyak daerah yang kesulitan memenuhi sarana dan prasarana pendidikan. Saya akan melihat kondisi pendidikan di kabupaten-kabupaten dan bekerja sama dengan Pemprop, pemerintah pusat, LSM, perguruan tinggi negeri maupun swasta. Juga dengan perusahaan-perusahaan negara, swasta maupun asing yang ada di daerah untuk membantu mengatasi permasalahan pendidikan yang ada. Mereka mempunyai social responsibility tetapi juga diperlukan wadah agar kontribusi mereka sejalan dengan pembangunan di daerah. Anggota DPD harus bisa menjembatani kontribusi mereka dengan kebutuhan dan aspirasi rakyat di daerah. Misalnya dengan membantu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, mengadakan pelatihan ibu-ibu rumah tangga dan mengembangkan UKM untuk pengangguran dan bagi mereka yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

-Trus apalagi yang akan kamu lakukan?

-Saya juga ingin mengembangkan community hearing. Komunitas yang bersifat informal tetapi ada bantuan advokasi, di mana penduduk secara bebas dan terbuka dapat mengemukakan pendapat dan kerisauannya. Anggota DPD harus bisa menyampaikan aspirasi mereka ke tingkat Pemda, Pemprop dan pemerintah pusat. Dengan demikian rakyat juga belajar berdemokrasi dan tetap meneruskan tradisi musyawarah, jangan sampai terjadi seperti kasus di Mesuji dan Bima. Jangan sampai provokator-provokator dengan mudah menghasut rakyat awam untuk melakukan kekerasan tetapi juga jangan biarkan raja-raja kecil di daerah menindas rakyat yang tidak berdaya. Penerapan Otda berpotensi menceraiberaikan rasa persaudaraan di tengah masyarakat akibat konflik kepentingan. Maka dengan komunitas itu kita dapat membicarakan permasalahan rakyat di daerah dan mengundang pihak terkait agar tidak timbul masalah yang lebih serius. Saya juga ingin bekerjasama dengan pers pusat dan daerah. Pers dapat melakukan tranformasi sosial melalui penyebaran informasi dari dan kepada masyarakat melalui media massa. Kekuatan pers yang disebut sebagai fourth estate atau kekuatan keempat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif dapat dimanfaatkan untuk membongkar berbagai fakta dan kondisi masyarakat di daerah dan memastikan pemerintah daerah dan pusat bekerja dengan baik dan berpihak kepada rakyat. Kira-kira itu yang akan saya lakukan...


-Oh begitu...baiklah. Terima kasih atas idenya. Saya akan datang lagi besok malam untuk membantumu. Sampai jumpa!”

Ibu peri langsung menghilang...

Keesokan harinya....



Ricky: “Waah....saya sampai ketiduran di depan komputer... Waduh skripsi belum beres nih, besok sudah harus bimbingan... Huff”

Ternyata itu semua hanyalah mimpi...

Comments

  1. mengenai pengembangan community hearing. Komunitas yang bersifat informal tetapi ada bantuan advokasi, di mana penduduk secara bebas dan terbuka dapat mengemukakan pendapat dan kerisauannya.Sepertinya anggota DPD RI harus belajar mendengarkan masyarakat yang diwakilinya...setuju sekali.....

    ReplyDelete
  2. @Don Komo, terima kasih atas komentarnya :) Semoga DPD bisa merealisasikannya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sastra Perancis UNPAD

Aku sekarang kuliah di jurusan sastra Perancis UNPAD.Mungkin kebanyakan orang berpikir sastra itu mudah...Tapi kenyataannya tidak. Ilmu dari segala ilmu adalah filsafat, setelah itu dibawahnya adalah logika, dan dibawahnya adalah sastra, setelah itu lalu cabang-cabang ilmu lainnya.Untuk mendapatkan gelar doktor di jurusan sastra sangatlah sulit, tidak semudah jurusan kedokteran, psikologi, ekonomi atau ilmu2 lainnya. Sastra tidak sekedar mempelajari bahasa, tapi lebih dari itu. Ketika aku ingin memilih jurusan untuk SPMB, aku putuskan memilih sastra Perancis UNPAD di pilihan kedua karena aku sangat ingin bisa berbahasa Perancis, bahasa yang sangat romantis dan elegan menurutku. Tapi Om ku berkata, "les aja bahasa Perancis kalo mau bisa bahasanya." tapi aku juga ingin mempelajari kebudayaan dan sejarah Perancis, sebuah negara yang punya pengaruh besar di Eropa dan dunia. Dan yang ibukotanya menjadi pusat mode dunia dan mempunyai ikon yang populer, menara Eiffel. Seka

Belajar dari Kesuksesan Pocari Sweat!

Siapa sih yang ga kenal Pocari Sweat ? Ya, minuman isotonik itu sekarang udah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Minuman ini adalah pelopor minuman isotonik di negara asalnya Jepang dan di Indonesia. Tau ga sih kalo ternyata Pocari Sweat itu waktu awal produksinya mengalami kegagalan dan penolakan oleh masyarakat? Gimana sih asal mula diproduksinya minuman ini? Penasaran kan? Coba deh liat video di bawah ini. Dengan alur cerita yang sederhana tapi menarik, pasti kalian bisa ngerti asal mula minuman ini tercipta sampe keberhasilannya sekarang. Kita juga bakal dapet banyak pengetahuan dari video ini.    Gimana? Dah ditonton kan videonya? Inspiratif banget ya videonya! Ga nyangka juga kan ternyata Pocari Sweat muncul dari ide "cairan infus yang bisa diminum" untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui keringat ketika kita beraktivitas dan ternyata Pocari Sweat mendapatkan kesuksesan dengan cara yang ga gampang.   Hikmah yang bisa saya petik dari video itu a

15 Maret 2012, Saya Sidang Skripsi dan Menjadi Sarjana!

Seminggu sebelumnya... Saya, Mela, Bunga, Sheira dan Nene (Elia) sedang jalan kaki di gerbang UNPAD hendak keluar dari kampus. Tiba-tiba Sheira teriak : « Ayy, nih telepon dari Icha ! ». Lalu saya ambil handphone Sheira dan mendengarkan suatu kabar yang sangat mengangetkan bagi saya : « Rick, jadwal sidang kita dimajuin ! Jadi tanggal 15 ! », kata Icha. Perasaan saya bercampur aduk, sangat kaget sekaligus senang ! Ketika saya lihat handphone saya, ternyata ada miss called dari Icha. Saya kaget karena dua hari sebelumnya saya pasang status di Facebook « Ya Allah, semoga Kau memberikan kado terindah untuk ulang tahun saya di tahun ini. » Saya tersadar, mungkin itulah jawaban dari Tuhan. Seharusnya saya dan Icha sidang tanggal 28 Maret tetapi dimajukan 2 minggu jadi tanggal 15. Saya lalu menyelesaikan dengan cepat semua bagian skripsi yang belum selesai seperti daftar isi, sinopsis, belum lagi ditambah revisian dari pembimbing kedua. Pada hari Jumat tanggal 9 Maret saya menyebar