Sejak kecil saya sudah dekat dengan batik
karena sewaktu saya bersekolah di sebuah Sekolah Dasar swasta, setiap hari Rabu
SD saya mewajibkan siswanya memakai seragam batik
sekolah. Meskipun saya waktu itu tidak tahu sejarah batik, cara pembuatan batik, dan bahkan saya tidak tahu bahwa batik merupakan warisan budaya bangsa yang
berharga, tetapi setidaknya sejak kecil saya sudah mengenal kata “batik” dan berbatik setiap minggu. Entah kenapa dulu
saya merasa bangga setiap hari memakai batik
di SD saya. Bisa jadi karena SD saya mempunyai seragam batik yang khas dan cukup bagus pada masa
itu. Sampai sekarang saya pun masih menyimpan seragam batik merah SD saya. Saya tidak akan pernah
membuangnya karena itu adalah salah satu kenangan berarti dalam hidup saya.
Meskipun warnanya mulai memudar, saya berusaha agar pakaian ini tidak rusak.
Seragam batik SD saya |
Sangat disayangkan seragam batik SMP
saya sekarang menghilang entah kemana, tapi selama SMP pun saya memakai batik setiap minggunya. Kemudian
saya melanjutkan sekolah ke
SMA, yakni SMA Negeri 20 Bandung. Sekolah saya ini juga punya seragam batik khusus. Warnanya cukup unik,
perpaduan putih, hijau tua dan hitam. Kami diwajibkan untuk berbatik setiap hari Kamis, meskipun kadang-kadang
ada siswa yang lupa untuk berbatik dan malah
memakai seragam putih abu-abu. Dengan senang hati sewaktu SMA selama tiga tahun
saya berbatik setiap minggu dan bahkan
agar terlihat lebih modis, saya mengecilkan seragam batik saya yang kebesaran itu. Hasilnya
seragam batik itu pas di tubuh saya,
tetapi saya pun tidak terkena razia seragam. Hingga kini seragam batik SMA saya masih saya simpan rapi di
lemari, sama seperti seragam batik SD, seragam batik SMA ini pun saya jadikan
kenang-kenangan. Siapa tahu nanti ketika saya sudah tua, saya melihat kembali
seragam-seragam batik sekolah itu sambil
tersenyum karena teringat semua kenangan manis bersamanya.
Seragam batik SMA saya |
Seiring perkembangan usia, saya pun lebih paham mengenai batik. Ketika masih menjadi mahasiswa di
Universitas Padjadjaran, saya pun mengikuti perkembangan berita mengenai usaha
pemerintah Indonesia agar batik dapat
diakui UNESCO. Saya akui bahwa setelah lepas masa SMA, saya sudah jarang
memakai batik selain untuk menghadiri
acara pernikahan. Di kampus kami bebas memakai kaos dan celana jeans, sehingga
akan terasa aneh kalau kami memakai batik.
Tapi pada tanggal 2 Oktober 2009, ketika saya duduk di semester 4, muncul
berita yang sangat menggembirakan bagi Indonesia. Ya, hari itu batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO
sebagai budaya Tak-Benda Warisan Manusia dalam sidang ke-4 tentang Warisan
Budaya Tak-Benda di Abu Dhabi.
Berita itu adalah berita yang sangat baik bagi pengrajin batik, pengusaha batik, pemerintah, rakyat Indonesia dan
bahkan saya sendiri. Saya bangga budaya bangsa saya diakui oleh dunia sehingga
tidak ada negara lain yang bisa mengaku-akui batik.
Setelah pengakuan tersebut, saya amati semakin banyak orang yang berbatik, toko
batik dan butik batik pun bertebaran
di tempat-tempat perbelanjaan. Waktu itu saya meminta ibu saya untuk membelikan
saya batik baru. Dulu batik
identik dengan harga yang sangat mahal, tapi pada saat itu harganya cukup
terjangkau oleh ibu saya.
Lalu beberapa hari setelah pengakuan itu munculah gerakan di dunia maya
agar semua orang dianjurkan untuk memakai batik.
Kalau saya tidak salah hari itu tanggal 16 Oktober 2009. Saya pergi kuliah ke
kampus dengan menggunakan batik untuk
pertama kalinya. Agak aneh sih waktu itu rasanya, soalnya tidak biasa
menggunakan batik untuk kuliah. Tapi
ternyata beberapa teman saya pun ada yang memakai batik, jadinya sambil menunggu kelas kami
foto-foto sebagai kenang-kenangan.
Saya dan teman-teman sedang berbatik di kampus (16 Oktober 2009) |
Pengalaman saya mengenai batik tidak
sampai di situ, saya bahkan memberikan beberapa batik sebagai oleh-oleh untuk teman saya
dan keluarganya di Perancis. Mereka pun sangat senang diberikan hadiah baju batik dan mereka kagum akan keindahan
desain batik. Saya ikut senang dan
bangga jika orang asing saja menyukai dan mengagumi budaya kita. Lalu saya
mendapatkan kesempatan untuk Summer
Course di Utrecht University, Belanda selama dua minggu. Saya membawa dua
kemeja batik dan satu kaos batik. Ketika saya memakai batik ke kampus, beberapa teman dari Hong
Kong dan Rusia bilang “Wah baju kamu unik dan bagus!” lalu saya bilang dengan
bangga “Makasih, iya ini namanya batik. Khas
Indonesia.”
Berbatik ria di Utrecht, Belanda |
Kayaknya sih satu teman dari Hong Kong itu pengen punya batik, tapi sayangnya saya ga bawa batik baru lagi. Masa mau ngasih dia batik yang bekas saya pakai? Hehe. Pihak
Universitas Utrecht waktu itu juga mengadakan studi tour ke markas NATO dan European Parliament di Brussels, Belgia. Waktu itu saya pakai
kemeja batik kesayangan saya, selain
agar lebih resmi sekaligus memperkenalkan batik
di Eropa. Mahasiswa asing lainnya ternyata malah banyak yang hanya memakai kaos
dan celana pendek, saya cukup heran waktu itu.
Setelah dari Belanda, saya mendapatkan kesempatan untuk menetap beberapa
hari di Perancis dan tidak diduga-duga saya mendapat panggilan interview untuk program Master di
Universitas Bordeaux. Saya tidak membawa pakaian dan celana resmi karena
niatnya hanya Summer Course dan
liburan, untungnya saya membawa kemeja batik.
Setelah melewati interview yang cukup
menegangkan itu, sorenya saya jalan-jalan keliling kota Bordeaux masih memakai
kemeja batik kesayangan saya dan tak
jarang banyak orang yang memperhatikan pakaian saya itu.
Itulah cerita kecintaan saya terhadap batik dan pengalaman berbatik
saya. Sekarang kita bisa menemukan batik di mana-mana, mau itu di toko batik, butik batik, atau toko pakaian lainnya. Bahkan
ada juga toko batik online, jadi kita
bisa belanja batik baik itu siang maupun malam tanpa batasan waktu dan tanpa perlu
meninggalkan rumah. Salah satu toko batik online
yang kita bisa kunjungi adalah www.berbatik.com yang menyediakan berbagai macam kain batik tulis asli, digambar dengan
menggunakan canting dan malam. Ada juga kain batik tulis kombinasi cap dan kain batik cap. Kain batik yang dijual pun berasal dari berbagai
daerah penghasil batik seperti Cirebon,
Solo, Pekalongan, Sragen dan Madura, serta tersedia dalam banyak pilihan warna.
Selain kain dan baju batik, tersedia
juga berbagai perhiasan, tas dan bahkan sepatu yang bermotif batik.
Saya sangat berharap para
pengrajin batik dan pengusaha batik Indonesia tidak kalah dibandingkan batik yang berasal dari luar Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan kepedulian kita sebagai bangsa Indonesia untuk ikut
menjaga kelestarian warisan dunia dari negeri kita ini, setidaknya dengan cara
terus memakai produk batik buatan
Indonesia dan kalau bisa ikut mempromosikannya ke luar Indonesia. Ayo rakyat
Indonesia, kita bangga berbatik!
Oh le batik à Bordeaux :)
ReplyDeleteOui, apres l'entretien à l'universite :D
DeletePengalaman yang sangat menarik, salam bloger!!
ReplyDeleteBatik - Batik Menawan www.tinyurl.com/a8s7xh5
Terimakasih untuk kunjungan dan komentarnya :)
DeleteSalam blogger!
Ricky, tulisanmu bagus nih.. sempet-sempetnya make Batik di Belanda dan Prancis hehehe.. tar aku juga niru jejakmu ah, pas ke sana ikutan pake Batik juga ^^ *amiiinnn*
ReplyDeleteMakasih banyak Tan! ^^ Hehehe iya soalnya biar orang-orang bule juga tau soal batik :D
DeleteAmiiiiiiiiiiiinnnnnnnn! Semoga kamu bisa ke Belanda n Prancis juga...! Dan harus pake batik! hehe
Baca punya saya juga dong! ^-^
ReplyDeletehttp://mrikartayusani.blogspot.com/2013/01/trend-berbatik-bukan-sekedar-warisan.html
Makasih udah berkunjung ke blog saya ^^ Saya juga udah berkunjung ke blog kamu dan kasih komentar :)
Delete