Kota Bandung adalah kota wisata yang mempunyai beberapa julukan, antara lain adalah Kota Kembang, Bandung Lautan Api dan Parijs van Java. Dengan beberapa julukan inilah yang menjadikan nama Bandung tidak asing dalam kancah nasional maupun internasional. Bandung menunjukkan taringnya dalam perjuangan Indonesia dengan julukannya yang terkenal sebagai Bandung Lautan Api dan dalam sejarah perdamaian internasional, Bandung juga turut andil dengan menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika.
Dari semua sejarah yang ada, yang paling membekas adalah julukan yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda kala itu kepada Bandung sebagai Parijs van Java. Remy Silado juga turut mengambil bagian dengan memberikan judul Parijs van Java dalam novelnya yang berlatar belakang kota Bandung kala pemerintahan kolonial Belanda. Dalam novel tersebut, cukup apik digambarkan situasi Bandung pada tahun 1920-an sebagai latar belakang kisah yang ditampilkan oleh Remy Silado. Sebenarnya apa yang mendasari pemerintah kolonial Belanda kala itu menjuluki kota Bandung sebagai Parijs van Java yang berarti Bandung adalah Paris yang ada di Jawa ?
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa kota Paris tidaklah asing lagi di dunia sebagai kota yang penuh keindahan. Sebagian besar penduduk dunia memimpikan untuk bisa berkunjung di kota yang terletak di benua Eropa ini. Paris, ibukota Perancis yang dibangun di tepi sungai Siene ini terkenal sebagai ‘Kota Bertaburan Lampu’ (la Ville Lumière). Paris adalah tujuan wisata terkemuka sejak dahulu kala. Kota ini dikenal dengan arsitektur bangunannya yang indah, pengaturan kota dan jalan-jalan besarnya, dan juga koleksi museum-museumnya. Menara Eiffel dan Katedral Notre Dame adalah salah satu tujuan wisata disana dan sangat sering digunakan sebagai latar belakang pembuatan film. Di Indonesia sendiri pernah ada film remaja yang mengambil latar belakang Menara Eiffel, kalau masih ingat filmnya berjudul “Eiffel I’m in Love”. Sebegitu raksasanya keindahan Paris sehingga sangat mengesankan sekali bahwa pemerintah kolonial Belanda bisa menemukan kota Paris di pulau Jawa yang tidak lain hanya ditemukan di kota Bandung.
Secara geografis kota Bandung berada di tengah-tengah propinsi Jawa Barat yang terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Berada di antara pegunungan dan menempati dataran tinggi membuat Bandung memiliki hawa yang sejuk. Pada tahun 1810 Gubernur Jendral Daendelslah yang pertama kali mematok pusat kota Bandung di tepi Sungai Cikapundung yang berseberangan dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!”). Sekarang tempat itu menjadi titik pusat atau KM 0 kota Bandung (di beberapa referensi menyebutkan bahwa pendiri kota Bandung bukanlah Daendels melainkan Bupati kala itu yaitu RA. Wiranatakusumah II). Dari titik pusat itulah kemudian pembangunan Kota Bandung mulai berkembang hingga sekarang.
Hawa yang sejuk dan masih alami kemungkinan merupakan dasar yang kuat mengapa Bandung dijuluki Parijs van Java kala itu. Konsep pembangunan kota juga memikirkan keindahan arsitekturnya untuk mendekati seperti julukannya. Bangunan tua berarsitektur Belanda masih dapat dilihat hingga sekarang; Gedung Sate, Gedung Savoy Homan, Gedung Merdeka, Observatorium Bosscha adalah beberapa contohnya. Belanda kala itu memang tidak main-main terhadap julukan Parijs van Java kepada kota Bandung, mereka berusaha memindahkan Paris ke Bandung. Julukan Parijs van Java pun melekat kepada Bandung, entah siapa yang pertama kali mencetuskannya. Mulailah berbondong-bondong masyarakat dari kerajaan Belanda mulai mendatangi Bandung untuk sekedar menikmati keindahan Parijn van Java atau bahkan mencintai dan hidup di Bandung dengan mendirikan rumah-rumah atau vila-vila bergaya arsitektur Belanda di seputaran Bandung. Pada saatnya nanti, mereka akan kembali lagi ke negerinya karena alasan keamanan akibat perang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu diyakini juga bahwa dayatarik mojang-mojang asli Bandung yang geulis-geulis juga menjadi alasan mengapa Bandung mendapat julukan ini. Untuk hal ini ada kiasan yang mendukungnya “Seandainya ada 10 orang gadis Bandung, maka yang cantik adalah 12 orang” Hehehe… Saking melimpahnya kecantikan mojang Bandung maka kecantikannya melebihi dari jumlah orangnya
Bandung saat ini telah banyak mengalami perubahan semenjak pertama kali julukan Parijs van Java disandangnya. Kesan udara sejuk, segar, permai dan alami mulai luntur dengan hiruk-pikuk perkotaan yang menebarkan polusi di sana-sini. Hutan kota mulai digantikan dengan factory outlet, mall, kos-kosan maupun penginapan. Tetapi ditengah kompleksnya pertambahan jumlah penduduk dan berbagai macam masalah sosial dan ekonomi yang melanda negeri ini, pemerintah kota masih tetap berusaha mempertahankan keberadaan Paris di kota Bandung. Di beberapa sudut kota dikembangkan konsep Citywalk, yaitu tata kota yang memberikan penghargaan tinggi kepada pejalan kaki dengan menyediakan trotoar yang lebar dan bersih serta ditanami pepohonan di pinggir jalan untuk menaungi agar tidak terlalu panas saat berjalan di terik matahari. Konsep citywalk ini salah satunya bisa ditemui di sepanjang Jalan Braga. Gedung-gedung tua berarsitektur Belanda dipelihara dengan baik dan dimanfaatkan untuk dijadikan perkantoran tanpa mengubah sedikitpun tampilan asli gedungnya walaupun dengan pembenahan di sana-sini. Beberapa pertokoan masih banyak yang menggunakan nama Parijs van Java sebagai rasa bangga terhadap julukan itu. Mojang-mojang Bandungpun masih geulis-geulis dan makin terlalu percaya diri menunjukkan kegeulisannya pada kaum adam. Setidaknya bikin Bandung tambah sejuk di mata bagi kaum adam …
Ternyata pemerintah kota Bandung tidak main-main dengan tetap mempertahankan Paris di Bandung karena di sebelah Utara kota Bandung didirikan mega plaza yang luas bin megah dengan gaya arsitektur yang aduhai. Di dalamnya memuat konsep citywalk pada lantai satu dan bukan bertingkat ke atas tetapi ke bawah menjual kebutuhan hidup tersier yang jet zet. Bagian depannya merupakan deretan kafe tempat kongkow yang asyik bagi semua generasi dan disambut hiburan musik tiap malam minggu membuatnya selalu ramai dikunjungi. Mega plaza yang luas bin megah serta aduhai itu diberi nama Paris Van Java…
Source: http://iwantolet.wordpress.com/2008/05/25/mencari-paris-di-bandung/#comment-419
Dari semua sejarah yang ada, yang paling membekas adalah julukan yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda kala itu kepada Bandung sebagai Parijs van Java. Remy Silado juga turut mengambil bagian dengan memberikan judul Parijs van Java dalam novelnya yang berlatar belakang kota Bandung kala pemerintahan kolonial Belanda. Dalam novel tersebut, cukup apik digambarkan situasi Bandung pada tahun 1920-an sebagai latar belakang kisah yang ditampilkan oleh Remy Silado. Sebenarnya apa yang mendasari pemerintah kolonial Belanda kala itu menjuluki kota Bandung sebagai Parijs van Java yang berarti Bandung adalah Paris yang ada di Jawa ?
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa kota Paris tidaklah asing lagi di dunia sebagai kota yang penuh keindahan. Sebagian besar penduduk dunia memimpikan untuk bisa berkunjung di kota yang terletak di benua Eropa ini. Paris, ibukota Perancis yang dibangun di tepi sungai Siene ini terkenal sebagai ‘Kota Bertaburan Lampu’ (la Ville Lumière). Paris adalah tujuan wisata terkemuka sejak dahulu kala. Kota ini dikenal dengan arsitektur bangunannya yang indah, pengaturan kota dan jalan-jalan besarnya, dan juga koleksi museum-museumnya. Menara Eiffel dan Katedral Notre Dame adalah salah satu tujuan wisata disana dan sangat sering digunakan sebagai latar belakang pembuatan film. Di Indonesia sendiri pernah ada film remaja yang mengambil latar belakang Menara Eiffel, kalau masih ingat filmnya berjudul “Eiffel I’m in Love”. Sebegitu raksasanya keindahan Paris sehingga sangat mengesankan sekali bahwa pemerintah kolonial Belanda bisa menemukan kota Paris di pulau Jawa yang tidak lain hanya ditemukan di kota Bandung.
Secara geografis kota Bandung berada di tengah-tengah propinsi Jawa Barat yang terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Berada di antara pegunungan dan menempati dataran tinggi membuat Bandung memiliki hawa yang sejuk. Pada tahun 1810 Gubernur Jendral Daendelslah yang pertama kali mematok pusat kota Bandung di tepi Sungai Cikapundung yang berseberangan dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!”). Sekarang tempat itu menjadi titik pusat atau KM 0 kota Bandung (di beberapa referensi menyebutkan bahwa pendiri kota Bandung bukanlah Daendels melainkan Bupati kala itu yaitu RA. Wiranatakusumah II). Dari titik pusat itulah kemudian pembangunan Kota Bandung mulai berkembang hingga sekarang.
Hawa yang sejuk dan masih alami kemungkinan merupakan dasar yang kuat mengapa Bandung dijuluki Parijs van Java kala itu. Konsep pembangunan kota juga memikirkan keindahan arsitekturnya untuk mendekati seperti julukannya. Bangunan tua berarsitektur Belanda masih dapat dilihat hingga sekarang; Gedung Sate, Gedung Savoy Homan, Gedung Merdeka, Observatorium Bosscha adalah beberapa contohnya. Belanda kala itu memang tidak main-main terhadap julukan Parijs van Java kepada kota Bandung, mereka berusaha memindahkan Paris ke Bandung. Julukan Parijs van Java pun melekat kepada Bandung, entah siapa yang pertama kali mencetuskannya. Mulailah berbondong-bondong masyarakat dari kerajaan Belanda mulai mendatangi Bandung untuk sekedar menikmati keindahan Parijn van Java atau bahkan mencintai dan hidup di Bandung dengan mendirikan rumah-rumah atau vila-vila bergaya arsitektur Belanda di seputaran Bandung. Pada saatnya nanti, mereka akan kembali lagi ke negerinya karena alasan keamanan akibat perang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu diyakini juga bahwa dayatarik mojang-mojang asli Bandung yang geulis-geulis juga menjadi alasan mengapa Bandung mendapat julukan ini. Untuk hal ini ada kiasan yang mendukungnya “Seandainya ada 10 orang gadis Bandung, maka yang cantik adalah 12 orang” Hehehe… Saking melimpahnya kecantikan mojang Bandung maka kecantikannya melebihi dari jumlah orangnya
Bandung saat ini telah banyak mengalami perubahan semenjak pertama kali julukan Parijs van Java disandangnya. Kesan udara sejuk, segar, permai dan alami mulai luntur dengan hiruk-pikuk perkotaan yang menebarkan polusi di sana-sini. Hutan kota mulai digantikan dengan factory outlet, mall, kos-kosan maupun penginapan. Tetapi ditengah kompleksnya pertambahan jumlah penduduk dan berbagai macam masalah sosial dan ekonomi yang melanda negeri ini, pemerintah kota masih tetap berusaha mempertahankan keberadaan Paris di kota Bandung. Di beberapa sudut kota dikembangkan konsep Citywalk, yaitu tata kota yang memberikan penghargaan tinggi kepada pejalan kaki dengan menyediakan trotoar yang lebar dan bersih serta ditanami pepohonan di pinggir jalan untuk menaungi agar tidak terlalu panas saat berjalan di terik matahari. Konsep citywalk ini salah satunya bisa ditemui di sepanjang Jalan Braga. Gedung-gedung tua berarsitektur Belanda dipelihara dengan baik dan dimanfaatkan untuk dijadikan perkantoran tanpa mengubah sedikitpun tampilan asli gedungnya walaupun dengan pembenahan di sana-sini. Beberapa pertokoan masih banyak yang menggunakan nama Parijs van Java sebagai rasa bangga terhadap julukan itu. Mojang-mojang Bandungpun masih geulis-geulis dan makin terlalu percaya diri menunjukkan kegeulisannya pada kaum adam. Setidaknya bikin Bandung tambah sejuk di mata bagi kaum adam …
Ternyata pemerintah kota Bandung tidak main-main dengan tetap mempertahankan Paris di Bandung karena di sebelah Utara kota Bandung didirikan mega plaza yang luas bin megah dengan gaya arsitektur yang aduhai. Di dalamnya memuat konsep citywalk pada lantai satu dan bukan bertingkat ke atas tetapi ke bawah menjual kebutuhan hidup tersier yang jet zet. Bagian depannya merupakan deretan kafe tempat kongkow yang asyik bagi semua generasi dan disambut hiburan musik tiap malam minggu membuatnya selalu ramai dikunjungi. Mega plaza yang luas bin megah serta aduhai itu diberi nama Paris Van Java…
Source: http://iwantolet.wordpress.com/2008/05/25/mencari-paris-di-bandung/#comment-419
Comments
Post a Comment