Ketika Festival Sinema Perancis
akan digelar di Bandung, saya mencari synopsis beberapa film Perancis yang akan
diputar agar saya bisa menentukan ingin menonton film yang mana karena
sepertinya saya hanya akan punya waktu untuk menonton satu film saja. Begitu
membaca synopsis dan melihat trailer film Intouchables, saya langsung tertarik
dan keputusan saya bulat bahwa saya akan menonton film ini. Sepertinya film yang lain yakni Comme Un Chef juga
seru, tapi saya tetap lebih memilih Intouchables. Lalu saya menonton
film ini di Trans Studio Mall XXI (Bandung Super Mall), tempat
diselenggarakannya Festival Sinema Perancis 2013. Saya menonton dengan beberapa
sahabat saya dan beberapa murid yang saya ajar bahasa Perancis di Museum.
Bahkan di sana saya juga bertemu beberapa dosen kampus.
Sebelum pemutaran film
Intouchables, pihak Institut Français d’Indonésie (IFI) memutar film pendek
Indonesia hasil kompetisi yang diselenggarakan IFI. Film pendeknya menurut saya
cukup vulgar dan sadis, lalu kami semua dikagetkan oleh sepasang suami istri
yang juga kaget dengan film pendek itu dan mereka berdiri sambil protes
“Apa-apaan ini? Masa di bioskop diputer film begituan? Gimana kalau ada anak
kecil?! Ga pantes banget! Ini pihak Perancis yang muternya? Siapa penanggung jawabnya?
Saya mau protes!” Suara mereka cukup keras dan mereka lalu pergi meninggalkan teater,
entah apa yang terjadi selanjutnya. Kami cuma bisa saling liat dan memang kami
akui film pendeknya cukup provokatif.
Kemudian film Intouchables pun
dimulai dengan adegan di jalan raya, sebuah mobil mewah dikendarai oleh Driss
(Omar Sy) dan Philippe (François Cluzet). Karena mereka melewati kecepatan
maksimum yang diperbolehkan akhirnya mereka pun diberhentikan polisi. Pertama kali saya tahu Omar Sy yaitu dari
acara Service Apres Vente (SAV) di Canal+ dan di sana dia gokil banget. Jadinya
saya penasaran saat di film ini dia berperan sebagai orang yang cukup serius. Omar
Sy berperan sebagai Driss yang merupakan seorang imigran asal Senegal yang
tinggal di pinggiran kota Paris. Dia
baru saja keluar dari penjara, dia dipenjara selama enam bulan. Di Perancis,
para pengangguran bisa mendapatkan bantuan sosial dari negara. Nah si Driss ini
ingin mendapatkan uang bantuan itu tapi dia tidak ingin bekerja.
Pemerintah Perancis mensyaratkan bahwa kita harus juga berusaha untuk
mencari kerja, jika kita ditolak dan belum juga mendapatkan pekerjaan, negara
akan memberikan kita uang. Berkat peraturan yang seperti itu, Driss
memanfaatkan kesempatan. Dia hanya membutuhkan tandatangan dari tempat kerja
yang menunjukkan bahwa Driss berusaha mencari kerja tapi saat wawancara dia
tidak berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan pekerjaan itu. Kemudian
Driss bertemu dengan Philippe, seorang pria kaya raya yang lumpuh akibat
kecelakaan paragliding. Dia sedang mencari seorang asisten pribadi nntuk
merawatnya. Meskipun ada banyak calon perawat lain yang lebih berkompeten,
tetapi Philippe lebih tertarik pada Driss dan menawarkannya untuk coba bekerja dengannya
selama beberapa waktu dan dia berjanji akan memberikan tanda tangan untuk surat
bantuan sosialnya.
Driss pun setuju, lalu dia mendapatkan berbagai fasilitas di rumah mewah
Philippe. Driss digambarkan sebagai orang yang agak kasar tapi punya
selera humor dan rasa kasih sayang. Ketika menonton film ini, saya dan
teman-teman juga seisi studio tertawa terbahak-bahak karena berbagai adegan
lucu yang ada sejak awal cerita hingga akhir cerita. Selain terhibur karena sisi komedinya, cerita
filmnya pun sangat menyentuh dan sangat menarik. Kita disuguhkan dengan jalinan
persahabatan antara Driss dan Philippe, dua orang dari dua « dunia »
berbeda yang awalnya tak saling kenal tapi lama kelamaan mereka menjadi sangat
dekat. Driss dan Philippe dapat saling mengisi kekurangan masing-masing
dan membuat hidup mereka lebih berarti. Akan jadi tidak seru jika diceritakan
semuanya di sini, lebih baik kalian nonton sendiri film ini karena saya jamin
kalian tidak akan menyesal menonton film ini. Apalagi film ini diangkat
berdasarkan kisah nyata.
Driss dan Philippe |
Film ini terinspirasi oleh cerita
Philippe Pozzo di Borgo (penulis buku Le Second Souffle) yang lumpuh sejak
tahun 1993 dan Abdel Yasmin Sellou, perawat pribadinya. Sampai sekarang, mereka
masih berhubungan baik. Melalui film Intouchables ini, sepertinya kisah
Philippe asli dan Abdel diperankan dengan sangat baik oleh Omar dan François, dan
disuguhkan dengan sangat lucu dan menarik. Faktanya, film Intouchables ini
berhasil menjadi film yang paling banyak ditonton di Perancis selama tahun 2011
dan berada di posisi ketiga dalam sejarah Box Office film Perancis dibelakang film
Titanic (1997) dan film Bienvenue
Ches Les Ch’tis (2008). Inotuchables juga menjadi film Perancis yang
paling banyak ditonton di luar negara Perancis dan berkat perannya di film ini,
Omar Sy mendapatkan penghargaan piala Cesar 2012 untuk pemeran pria terbaik.
Berkat ceritanya yang menarik dan
lucu, film ini tidak membosankan untuk ditonton beberapa kali. Berdasarkan
penilaian pribadi saya, film ini mendapat 3,5
dari 5,0.
Title: Intouchables
Directors: Olivier Nakache
& Eric Toledano
Scenario: Olivier Nakache
& Eric Toledano
Starring: Francois Cluzet
& Omar Sy
Productions: Gaumont, TF1 Films
Productions, Quad Productions, Chaocorp, Ten Films
Country: France
Genre: Drama comedy
Release: 2011
Duration: 113 minutes
Budget: 9.500.000 euro
Comments
Post a Comment