Skip to main content

Travel to the Eternal City: Rome

“Banyak jalan menuju Roma…”

Pepatah yang eksis sejak seribu tahun lebih yang lalu. Saya masih ingat pertama kali saya mengenal pepatah itu ketika saya masih duduk di bangku SD. Saat itu saya sama sekali tidak mengetahui ada apa di kota Roma kecuali Coloseum yang terpampang sebagai salah satu keajaiban dunia bersama dengan Borobudur. Entah versi siapa “keajaiban dunia” itu.

Waktu berlalu… Dan di TV saya melihat beberapa dokumenter mengenai kota Roma dan saya sadar betapa cantiknya kota Roma dan saya pengen banget bisa pergi ke Roma! Roma jadi kota kedua impian saya setelah Paris (Perancis). Impian saya untuk pergi ke Paris sudah terwujud pada tahun 2012 saat saya memenangkan Kompetiblog dari Neso Indonesia. Dan di tahun 2014 ketika saya bisa kembali ke Perancis berkat beasiswa Eiffel, saya pun menargetkan bahwa saya harus bisa pergi ke kota Roma tahun 2015 setidaknya sebagai kado ultah ke 26 saya di bulan Maret.

Waktu terasa begitu cepat berlalu dan sekarang sudah menginjak bulan Maret. Saya langsung hunting tiket pesawat dari Bordeaux ke Roma. Saya tidak punya banyak pilihan, hanya RyanAir yang menyediakan rute itu dengan harga murah. Untungnya tanggal 20 Maret bertepatan dengan hari Jumat dan saya beres kuliah semester dua tanggal 18 Maret 2015, hari Rabu. Begitu melihat ada tiket murah di tanggal 19 Maret 2015, saya langsung membelinya. Karena di appartement ada kucing yang gak bisa ditinggal lama-lama, saya pun memutuskan pulang dari Roma tanggal 21 Maret sore hari. Jadinya tanggal 20 Maret, saya bisa melewatkan hari ulang tahun saya di Roma.

Untuk masalah penginapan, saya tidak memesan hotel konvensional karena harganya yang lumayan mahal. Apalagi saya sudah tahu kalau saya tidak akan lama-lama berada di hotel karena bakal menghabiskan banyak waktu untuk jalan-jalan di Roma. Akhirnya saya memutuskan untuk menyewa kamar di apartemen milik seorang cowo Italia. Harganya pun lumayan murah, 20 euro untuk semalam. Bisa sampai 3 orang. Setelah memesan tiket pesawat dan penginapan, saya rasa semuanya sudah lengkap.

Beberapa hari kemudian saya disibukkan dengan ujian akhir semester dua. Selama dua minggu, tiap harinya ada ujian dan membuat saya cukup stress dan menguras waktu sehingga saya tidak menyiapkan sama sekali perjalanan impian saya ke Roma. Saya bahkan belum menentukan itinerasi selama saya di sana. Seminggu menjelang hari H saya dibelikan teman kamus kecil Bahasa Italia, guide book “Week end in Rome” dan buku percakapan Bahasa Italia. Buku guide itu sangat membantu menentukan tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi, terlebih lagi ada bonus peta kota Roma di dalamnya.

Tanggal 18 Maret saya menyelesaikan ujian terakhir saya dan saya sangat lega. Gak sabar rasanya buat terbang ke Roma! Karena ini pertama kalinya saya naik pesawat lowcost di Eropa, saya sempatkan membeli tas punggung baru yang lebih kecil, yang ukurannya sesuai standar pesawat lowcost soalnya saya ga mau ada masalah dengan bagasi atau kalau-kalau diwajibkan membayar biaya tambahan. Setelah beres packing baju, saya menghubungi Valerio, pemilik kamar yang saya sewa di Roma. Saya pun kaget karena dia menawarkan untuk menjemput saya di bandara Ciampino, Roma! Baik banget!

Hari H… (Bordeaux, 19 Maret 2015)

Saya pergi ke bandara di Bordeaux dengan menggunakan bus. Pertama kalinya saya datang ke bandara Bordeaux-Merignac setelah pada bulan September saya datang ke Prancis lewat bandara ini. Senangnya kali ini saya datang ke bandara ini bukan untuk meninggalkan Bordeaux atau Prancis, tapi untuk jalan-jalan. Bandaranya ga terlalu besar tapi ga terlalu kecil juga, mungkin tiga kali lipat Bandara Husein Sastranegara Bandung.

Setelah melewati pemeriksaan keamanan seperti biasa, saya memutuskan untuk membeli oleh-oleh untuk Valerio khas Bordeaux : anggur merah Bordeaux. Saya pun membeli sepaket coklat KitKat besar untuk ngemil di dalam pesawat. Sebelum masuk ke dalam pesawat, pramugari memeriksa paspor dan visa saya apakah saya memiliki visa yang mengijinkan saya masuk wilayah Italia atau tidak. Setelah melihat visa pelajar saya yang juga visa Schengen, saya pun bisa langsung menuju pesawat. Hampir dua jam di dalam pesawat saya lewatkan dengan membaca majalah RyanAir dan foto-foto! :D Saya duduk di pinggir jendela dan di awal perjalanan, saya melihat beberapa hal menarik dari atas pesawat. Pertama kalinya melintasi Perancis menggunakan pesawat.




Langit terlihat mulai gelap, hmm… padahal di Bordeaux gelap datang lebih lama… Pilot dan pramugari tiba-tiba mengumumkan bahwa kami akan segera landing di Roma Ciampino. Beberapa berkas cahaya terlihat di daratan yang sebagian besar di selimuti kegelapan. Tak lama kemudian mulai banyak cahaya yang terlihat, hampir tak ada daerah gelap. Dan tiba-tiba lampu pesawat pun dimatikan! Saya cukup terkejut! Ternyata memang tradisinya kalau pesawat melintas di atas kota Roma, mereka mematikan lampu. Dan di depan saya ada pemandangan luar biasa! Cahaya kota Roma begitu indah dan menakjubkan! Pesawat pun terbang lebih lambat seolah-olah memanjakan kami dengan pemandangan kota abadi yang indah ini.



Saya menebak-nebak “Oh apakah itu Vatican?!” Entahnya dari langit tidak begitu jelas. Lalu beberapa lama kemudian kami mendarat di kota Roma. Dan for the first time, saya menginjakkan kaki di Italia ! ^^ Alhamdulillah, hanya itu yang terucap dari mulut saya. Turun dari pesawat dan menuju pintu keluar tak memakan banyak waktu. Tak ada lagi pemeriksaan ini itu. Super! Setelah mengirimkan SMS ke Valerio untuk mengabarkan bahwa saya sudah sampai dengan selamat, dia menjawab “OK, saya akan tiba di sana pukul 20.30.” dan saya pun menunggu di depan bandara. Melihat orang-orang dari berbagai kewarganegaraan lewat lalu-lalang.

Tepat pukul 20.30 Valerio pun tiba! Ternyata orang Italia tepat waktu juga, well setidaknya satu orang Italia ini. Hehe. Dengan senyuman dia menyambut saya dan kami pun bersalaman. Lalu dia mempersilahkan saya masuk ke mobilnya. Rumahnya tidak terlalu jauh dari bandara Ciampino, dalam 10 menit kami pun sampai. Apartemennya lumayan nyaman, dengan dapur yang luas! Katanya di Italia, dapur selalu luas. Bahkan lebih luas daripada kamar mandi. Kami ngobrol dan dia menunjukkan seluruh bagian apartemenya. Pada awalnya saya berencana untuk jalan-jalan malam hari di kota Roma untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin di kota ini. Tapi kami terlalu asik ngobrol dan waktu hampir menunjukkan pukul 22 ! 



Valerio pun menawarkan saya untuk mencari makan. Oh iya, kami ngobrol dalam Bahasa Inggris. Dia sebenarnya mengerti Bahasa Perancis tapi dia tidak bisa ngomong jadi kami memutuskan untuk ngobrol dalam Bahasa Inggris. Lalu ide saya langsung: Pizza Italia! “Can we eat pizza at this time?” Tanya saya penuh harap. Karena saat itu sudah cukup larut juga. Lalu dia bilang “Yeah, there is a pizza shop which is open till 22.00 so we must be hurry!” Dan kami pun langsung keluar rumah menuju kedai pizza dekat rumahnya. Dia terlihat cukup akrab dengan beberapa pegawai di sana dan oh my God, entah kenapa saya begitu senang bisa masuk ke toko itu. Mungkin di sana saya baru sadar bahwa saya benar-benar ada di Roma, kota impian saya! Mereka ngobrol dalam Bahasa Italia, saya melihat pizza yang besar dan super tipis terpampang di depan toko. Kami pun memutuskan untuk memilih Margarita, pizza yang paling simple. Valerio memilih dua makanan Italia, katanya ini makanan pembuka sebelum makan pizza. Namanya lupa lagi, tapi yang bentuknya nasi dan di dalamnya ada keju mozzarella sumpah enak banget!



Pizza di sana super murah, Margarita 3 euro! Kalau di Perancis harganya minimal 11 euro sampai 14 euro buat sebuah pizza! Dan mereka menyiapkan secara langsung pizzanya di dapur. Bukan pizza hasil pabrik yang didinginkan. So cool! Beberapa menit kemudian pizza kami siap dan saya pun bayar. Kami langsung menuju rumah Valerio dan langsung makan. Seperti yang di singgung sebelumnya, makanan yang terbuat dari nasi rasanya enak tapi satu lagi yang terbuat dari sayuran rasanya biasa aja. Apalagi saya ga suka sayur sama sekali jadinya ga saya abisin. Setelah itu kami langsung makan pizzanya dan oh la la rasanya enak banget! Udah murah meriah, rasanya enak banget lagi!



Setelah beres makan dan ngobrol-ngobrol akhirnya saya memutuskan untuk tidur… Dan keesokan harinya saya bangun pagi jam 5.30 !

To be continued…


Comments

Popular posts from this blog

Belajar dari Kesuksesan Pocari Sweat!

Siapa sih yang ga kenal Pocari Sweat ? Ya, minuman isotonik itu sekarang udah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Minuman ini adalah pelopor minuman isotonik di negara asalnya Jepang dan di Indonesia. Tau ga sih kalo ternyata Pocari Sweat itu waktu awal produksinya mengalami kegagalan dan penolakan oleh masyarakat? Gimana sih asal mula diproduksinya minuman ini? Penasaran kan? Coba deh liat video di bawah ini. Dengan alur cerita yang sederhana tapi menarik, pasti kalian bisa ngerti asal mula minuman ini tercipta sampe keberhasilannya sekarang. Kita juga bakal dapet banyak pengetahuan dari video ini.    Gimana? Dah ditonton kan videonya? Inspiratif banget ya videonya! Ga nyangka juga kan ternyata Pocari Sweat muncul dari ide "cairan infus yang bisa diminum" untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui keringat ketika kita beraktivitas dan ternyata Pocari Sweat mendapatkan kesuksesan dengan cara yang ga gampang.   Hikmah yang bisa saya petik dari vi...

15 Maret 2012, Saya Sidang Skripsi dan Menjadi Sarjana!

Seminggu sebelumnya... Saya, Mela, Bunga, Sheira dan Nene (Elia) sedang jalan kaki di gerbang UNPAD hendak keluar dari kampus. Tiba-tiba Sheira teriak : « Ayy, nih telepon dari Icha ! ». Lalu saya ambil handphone Sheira dan mendengarkan suatu kabar yang sangat mengangetkan bagi saya : « Rick, jadwal sidang kita dimajuin ! Jadi tanggal 15 ! », kata Icha. Perasaan saya bercampur aduk, sangat kaget sekaligus senang ! Ketika saya lihat handphone saya, ternyata ada miss called dari Icha. Saya kaget karena dua hari sebelumnya saya pasang status di Facebook « Ya Allah, semoga Kau memberikan kado terindah untuk ulang tahun saya di tahun ini. » Saya tersadar, mungkin itulah jawaban dari Tuhan. Seharusnya saya dan Icha sidang tanggal 28 Maret tetapi dimajukan 2 minggu jadi tanggal 15. Saya lalu menyelesaikan dengan cepat semua bagian skripsi yang belum selesai seperti daftar isi, sinopsis, belum lagi ditambah revisian dari pemb...

Sastra Perancis UNPAD

Aku sekarang kuliah di jurusan sastra Perancis UNPAD.Mungkin kebanyakan orang berpikir sastra itu mudah...Tapi kenyataannya tidak. Ilmu dari segala ilmu adalah filsafat, setelah itu dibawahnya adalah logika, dan dibawahnya adalah sastra, setelah itu lalu cabang-cabang ilmu lainnya.Untuk mendapatkan gelar doktor di jurusan sastra sangatlah sulit, tidak semudah jurusan kedokteran, psikologi, ekonomi atau ilmu2 lainnya. Sastra tidak sekedar mempelajari bahasa, tapi lebih dari itu. Ketika aku ingin memilih jurusan untuk SPMB, aku putuskan memilih sastra Perancis UNPAD di pilihan kedua karena aku sangat ingin bisa berbahasa Perancis, bahasa yang sangat romantis dan elegan menurutku. Tapi Om ku berkata, "les aja bahasa Perancis kalo mau bisa bahasanya." tapi aku juga ingin mempelajari kebudayaan dan sejarah Perancis, sebuah negara yang punya pengaruh besar di Eropa dan dunia. Dan yang ibukotanya menjadi pusat mode dunia dan mempunyai ikon yang populer, menara Eiffel. Seka...