Skip to main content

Sedikit Cerita Tentang HIV/AIDS



HIV/AIDS beberapa tahun kebelakang bukan sebuah istilah yang akrab di telinga saya dan saya juga ga ngerti banget apa itu HIV/AIDS. Tapi berkat kampanye-kampanye yang gencar dilakukan oleh para aktivis HIV/AIDS dan peringatan Hari AIDS Sedunia setiap tanggal 1 Desember yang sering diliput media, saya pun jadi tertarik buat tahu lebih dalem apa itu HIV/AIDS. Apalagi sekarang dengan kemajuan teknologi dan hadirnya internet, kita bisa nemuin dengan gampang semua hal tentang HIV/AIDS

Virus HIV


Dulu yang ada di pikiran saya, HIV/AIDS tuh penyakit yang sangat menakutkan karena orang-orang bilang kalo penyakit ini belom ada obatnya. Tapi berkat internet saya jadi tahu secara mendetil tentang HIV/AIDS dan itu mengubah pemikiran saya. HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini akan membuat penderitanya jadi rentan terkena penyakit lain. Terus kalo AIDS itu apa? AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Jadi orang yang terinfeksi HIV belom tentu dia AIDS juga selama dia minum obat secara teratur dan hidup sehat trus ga terinfeksi penyakit berat lainnya. Ada ukuran tertentu buat mengategorikan seseorang itu masuk ke fase AIDS atau bukan. Orang yang tertular virus HIV juga bisa terlihat sehat-sehat aja kayak orang lain, kita bisa tahu kita tertular HIV atau nggak hanya dengan cara pemeriksaan darah.


Emang bener kalo virus HIV ini belom ada obatnya, tapi kalo kita pikirkan lebih jauh, toh penyakit kanker juga belom ada obatnya kan? Banyak juga orang yang meninggal karena kanker, bahkan kakek saya sendiri dan omnya pacar saya. Jadi, kenapa kita mesti takut dan mengucilkan orang yang menderita HIV atau sering disebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)? Mungkin masyarakat banyak yang menganggap HIV/AIDS adalah penyakit yang kotor dan hina karena mereka berpikir kalo orang yang terkena HIV/AIDS adalah orang yang suka gonta-ganti pasangan seks atau pengguna narkoba. Bahkan salah satu Menteri kita pun pernah berkicau sembarangan dan ngasih stigma negatif buat ODHA.

Red Ribbon

Kenyataannya emang bener kalo HIV bisa menular jika kita gonta-ganti pasangan (melakukan hubungan seks) tanpa kondom dan melalui jarum suntik yang digunakan secara bersamaan. Tapi bukan berarti kita bisa menstigma ODHA seperti itu kan? ODHA bukan hanya tertular HIV melalui dua cara itu aja, ada juga yang tertular melalui donor darah meskipun angkanya kecil, proses persalinan, ataupun penularan dari suami ke istrinya. Coba bayangin anak yang baru lahir yang gak berdosa dan gak tau apa-apa bisa juga terinfeksi virus HIV melalui proses persalinan karena ibunya adalah seorang ODHA. Terus apa kita mau menstigma anak itu juga? Apa salah dia dan bayangkan gimana perasaannya saat dia besar nanti kalau dia dapet stigma negatif dari masyarakat yang picik itu?! Sebenernya ibu yang terinfeksi HIV bisa melahirkan anak tanpa HIV dengan proses persalinan tertentu, tapi banyak orang yang masih blom tahu hal ini.


Ada juga istri yang jadi ibu rumah tangga ternyata tertular HIV dari suaminya yang suka “jajan sembarangan” di luar tanpa sepengetahuan dia dan ternyata suami telah terinfeksi HIV. Setiap suaminya minta berhubungan suami-istri tentu aja istrinya ga bisa nolak dong? Kalau sang istri itu jadi tertular HIV dengan cara seperti itu lalu apa kita bakalan menstigma negatif juga dan menyamaratakan semua ODHA? Rasanya picik banget kalau kita seperti itu. Diskriminasi dan stigma udah seharusnya dihapuskan dan dijauhkan dari pikiran kita masing-masing. Tambahan info nih, menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), sampai akhir 2010, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV/AIDS jauh lebih banyak dibanding pekerja seks komersial. 


ODHA adalah manusia biasa yang sama seperti kita, yang ngebedain cuma virus yang ada di tubuh mereka, selebihnya mereka sama. Lagian virus HIV gak bisa menular sembarangan kok. Virus HIV cuma bisa menular lewat kontak darah dan cairan tubuh lainnya kayak sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI). Virus ini ga bisa menular melalui kontak biasa melalui kulit. Bahkan kita bisa berpelukan, pake gelas, alat makan, kamar mandi dan alat olah raga barengan sama ODHA. Jadi jangan takut buat berinteraksi dengan ODHA. 

Jauhi Virusnya bukan ODHAnya!


Bahkan menurut saya, ODHA adalah orang-orang yang tangguh! Kenapa? Coba bayangkan gimana kalau diri kita divonis terinfeksi HIV? Apa yang akan kita lakukan? Bagaimana perasaan kita? Mungkin kita akan merasa dunia kita berakhir, atau bahkan bakalan ada yang putus asa sampe berani melakukan hal nekat? Tapi sahabat-sabahat ODHA kita, mereka sudah merasakan bagaimana ketika mereka divonis sesuatu yang sangat berat tapi kini mereka menerima itu dan hidup dengan virus itu. Mereka juga tetap berkarya dan mencoba untuk hidup di dunia yang keras ini ditengah-tengah terpaan badai diskriminasi dan stigma dari orang-orang awam yang entah mereka gak tahu, belum tahu, atau gak mau tahu tentang HIV/AIDS yang sebenernya.


Mereka juga harus hidup dengan meminum obat setiap hari agar virus HIV yang ada ditubuhnya dapat dikontrol. Mereka harus meminum obat ARV (Anti Retroviral Drugs) obat yang dapat menekan pertumbuhan virus HIV dalam tubuh ODHA. Obat ini harus dikonsumsi dua kali sehari setiap 12 jam dan harus tepat waktu seumur hidup. Bayangkan gimana kalau kita harus minum obat seumur hidup kita sehari dua kali dan gak boleh telat, apa kita sanggup? Kalau tidak, maka berempatilah pada ODHA! Jangan lagi diskriminasi mereka. 


Selain itu ODHA juga harus memeriksakan darahnya setiap 6 bulan sekali karena akan diperiksa kandungan CD4 dalam darah mereka. CD4 (cluster of differensiation 4) merupakan limfosit sel darah putih yang bertugas bagi pertahanan kekebalan tubuh yang ada di dalam darah dan getah bening. Mayoritas ODHA harus bayar sendiri untuk tes CD4 ini meskipun ada juga yang dibayarin pemerintah.


Ada jutaan sel CD4 dalam tubuh kita. HIV mengurangi jumlah sel CD4 tersebut, jadi tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan kuman yang seharusnya dilawan oleh sel CD4 tersebut. Jika ini terjadi, tubuh akan mudah terinfeksi penyakit lainnya. Tapi dengan adanya obat ARV, perkembangan virus HIV dapat ditekan dan CD4 dapat dinaikkan sehingga ODHA bisa hidup sehat. Jadi, paradigma HIV/AIDS adalah hukuman mati bagi penderitanya sekarang udah gak berlaku lagi karena ODHA bisa hidup hingga puluhan tahun dengan bantuan obat ARV ini. Obat ARV juga bisa didapetin secara gratis karena pemerintah Indonesia mensubsidi obat ini. Dulu sebelum pemerintah mensubsidi, ODHA harus ngeluarin uang Rp. 800.000 atau lebih tiap bulannya buat dapetin obat ARV ini. Pemerintah harus terus menjamin ketersediaan obat ARV ini karena ODHA juga berhak sehat.


Setelah tahu semua info tentang HIV/AIDS di atas, gak gampang kan buat jadi ODHA? Jadi, setelah tahu itu semua berhentilah buat mendiskriminasi ODHA dan berempatilah. Mungkin seharusnya kita lihat juga ODHA yang terus berkarya bahkan berprestasi. Contohnya Ginandjar Koesmayadi, salah seorang pemain tim futsal dari komunitas Rumah Cemara yang mewakili Indonesia dalam “Homeless World Cup 2011 di Paris, Perancis. Ginan dan timnya berhasil menyandang tiga gelar sekaligus dalam ajang berskala internasional tersebut. Ketiga gelar yang diraih adalah Tim Pendatang Baru Terbaik (The Best New Comer Team), peringkat keenam, dan Pemain Terbaik (The Most Valuable Player) yang jatuh pada kapten Timnas yaitu Ginan sendiri. HIV yang menggerogoti kesehatannya tak menyurutkan semangat Ginan dan kawan-kawannya untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. 


Bahkan tahun ini mereka kembali berjuang sekuat tenaga untuk kembali mengharumkan nama bangsa di “Homeless World Cup 2012 di Mexico City, Mexico. Ginan dan kawan-kawan berhasil mendapatkan prestasi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu sehingga Indonesia berada di peringkat keempat dari 43 negara yang bermain di kejuaraan itu. Selain Ginan dkk, ada juga Ayu Oktariani dari komunitas ODHA Berhak Sehat yang terus memperjuangkan perlawanan terhadap diskriminasi bagi seluruh ODHA di Indonesia. Hal yang gak gampang dilakukan! Seperti yang saya lihat di film Linimassa 2 juga, Ayu menyebarkan berbagai informasi mengenai HIV/AIDS melalui berbagai akun sosial media karena masih sedikit orang yang tahu mengenai isu ini. Kita sebagai orang yang “merasa” sehat, apa yang sudah kita lakukan buat mengharumkan negara ini seperti Ginan atau berbuat sesuatu bagi orang banyak seperti Ayu?

Zero AIDS? Bisa!


Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, di Indonesia kasus HIV/AIDS terus meningkat. Pada tahun 2011 terdapat 21.031 kasus HIV dan 4.162 kasus AIDS. Hingga Mei 2012, jumlah penderita HIV tercatat naik 5.991 kasus dan AIDS 551 kasus. Kasus HIV/AIDS tuh sebenernya mirip fenomena “gunung es”, cuma sedikit yang diketahui tapi yang gak diketahui jauh lebih banyak lagi. Itu semua karena kurang informasi di masyarakat Indonesia mengenai HIV/AIDS

    Oleh karena itu, ayolah kita perangi bersama HIV/AIDS bukannya malah menjauhi ODHA-nya. Kita dukung gerakan dunia melawan virus ini agar tujuan UNAIDS (Badan AIDS PBB) pun dapat tercapai, yaitu: “Getting to zero”; zero new HIV infections, zero discrimination and zero AIDS-deaths atau Mencapai nol: menghentikan infeksi baru HIV, menghentikan diskriminasi dan menghentikan kematian karena AIDS. Ya, itu semua mungkin jika penelitian terus dilakukan ditunjang dengan bantuan teknologi yang semakin canggih dan jika semua orang mendukung gerakan ini dengan tidak mendiskriminasi ODHA. Semoga dalam waktu dekat obat penyembuh HIV akan segera ditemukan! 

Referensi:
http://www.odhaberhaksehat.org
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/25/173412771/HIVAIDS-Tinggi-karena-Pria-Doyan-Jajan-Seks

Gambar:
http://www.theexaminingroom.com/
http://topnews.in/health
http://www.odhaberhaksehat.org/
http://thechart.blogs.cnn.com/

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. wah artikel yang menarik. Jadi tahu lebih banyak lagi tentang HIV/AIDS. Memang sudah seharusnya kita tidak asal menghakimi orang. karena kita tidak tahu latar belakangnya bagaimana. Justru kita harus merangkul mereka biar mereka semangat dan cepat sembuh, jadinya kemungkinan penularan pun semakin kecil.

    salam kenal :)

    ReplyDelete
  3. Iya bener banget Windi! :) Kita kan gak tahu latar belakang org lain jadi jangan asal menghakimi orang. Justru kita harus bantu mereka melawan diskriminasi dan kasih mereka semangat.

    Salam kenal juga WIndi. Makasih udah baca n kasih komen :)

    ReplyDelete
  4. Artikel bermanfaat..
    Semoga dpt merubah paradigma teman2 yg membaca dn berkunjung ke blog ini.

    Salam

    ReplyDelete
  5. Aminnnn...! Semoga saja :)
    Makasih banyak kang Bani
    Salam kenal

    ReplyDelete
  6. makasih banyak udah mau share tentang HIV/AIDS ini. Kebetulan saya lagi riset *cailaah* lagi butuh tentang aids sih sebenernya. makasih ya, artikelnya oke banget :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mbak Isti... Makasih banyak udah berkunjung dan kasih komentar di blog saya ^^ Semoga sukses dengan risetnya! :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sastra Perancis UNPAD

Aku sekarang kuliah di jurusan sastra Perancis UNPAD.Mungkin kebanyakan orang berpikir sastra itu mudah...Tapi kenyataannya tidak. Ilmu dari segala ilmu adalah filsafat, setelah itu dibawahnya adalah logika, dan dibawahnya adalah sastra, setelah itu lalu cabang-cabang ilmu lainnya.Untuk mendapatkan gelar doktor di jurusan sastra sangatlah sulit, tidak semudah jurusan kedokteran, psikologi, ekonomi atau ilmu2 lainnya. Sastra tidak sekedar mempelajari bahasa, tapi lebih dari itu. Ketika aku ingin memilih jurusan untuk SPMB, aku putuskan memilih sastra Perancis UNPAD di pilihan kedua karena aku sangat ingin bisa berbahasa Perancis, bahasa yang sangat romantis dan elegan menurutku. Tapi Om ku berkata, "les aja bahasa Perancis kalo mau bisa bahasanya." tapi aku juga ingin mempelajari kebudayaan dan sejarah Perancis, sebuah negara yang punya pengaruh besar di Eropa dan dunia. Dan yang ibukotanya menjadi pusat mode dunia dan mempunyai ikon yang populer, menara Eiffel. Seka

Belajar dari Kesuksesan Pocari Sweat!

Siapa sih yang ga kenal Pocari Sweat ? Ya, minuman isotonik itu sekarang udah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Minuman ini adalah pelopor minuman isotonik di negara asalnya Jepang dan di Indonesia. Tau ga sih kalo ternyata Pocari Sweat itu waktu awal produksinya mengalami kegagalan dan penolakan oleh masyarakat? Gimana sih asal mula diproduksinya minuman ini? Penasaran kan? Coba deh liat video di bawah ini. Dengan alur cerita yang sederhana tapi menarik, pasti kalian bisa ngerti asal mula minuman ini tercipta sampe keberhasilannya sekarang. Kita juga bakal dapet banyak pengetahuan dari video ini.    Gimana? Dah ditonton kan videonya? Inspiratif banget ya videonya! Ga nyangka juga kan ternyata Pocari Sweat muncul dari ide "cairan infus yang bisa diminum" untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui keringat ketika kita beraktivitas dan ternyata Pocari Sweat mendapatkan kesuksesan dengan cara yang ga gampang.   Hikmah yang bisa saya petik dari video itu a

15 Maret 2012, Saya Sidang Skripsi dan Menjadi Sarjana!

Seminggu sebelumnya... Saya, Mela, Bunga, Sheira dan Nene (Elia) sedang jalan kaki di gerbang UNPAD hendak keluar dari kampus. Tiba-tiba Sheira teriak : « Ayy, nih telepon dari Icha ! ». Lalu saya ambil handphone Sheira dan mendengarkan suatu kabar yang sangat mengangetkan bagi saya : « Rick, jadwal sidang kita dimajuin ! Jadi tanggal 15 ! », kata Icha. Perasaan saya bercampur aduk, sangat kaget sekaligus senang ! Ketika saya lihat handphone saya, ternyata ada miss called dari Icha. Saya kaget karena dua hari sebelumnya saya pasang status di Facebook « Ya Allah, semoga Kau memberikan kado terindah untuk ulang tahun saya di tahun ini. » Saya tersadar, mungkin itulah jawaban dari Tuhan. Seharusnya saya dan Icha sidang tanggal 28 Maret tetapi dimajukan 2 minggu jadi tanggal 15. Saya lalu menyelesaikan dengan cepat semua bagian skripsi yang belum selesai seperti daftar isi, sinopsis, belum lagi ditambah revisian dari pembimbing kedua. Pada hari Jumat tanggal 9 Maret saya menyebar